Mengenal neologisme ideologis | Jurnalpost

Penulis: Muhammad Thaufan Arifuddin
Pemerhati media, korupsi, demokrasi dan budaya lokal. Beliau mengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

JurnalPost.com – Konsep neologisme ideologis diperkenalkan pada tahun 1796 oleh Destutt de Tracy melalui karyanya Mémoire sur la faculté de penser. Ideologi diartikan sebagai ilmu analitis yang tujuannya mengadopsi model-model ilmu alam, khususnya fisiologi, untuk membagi gagasan menjadi unsur-unsur individual. Sumber konsep ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti eidos, yang mengacu pada gambar visual untuk mengeksplorasi persepsi yang menjadi dasar ide.

Sejalan dengan pandangan Locke, Condillac dan Cabanis, ideologi tersebut meyakini bahwa persepsi indra adalah satu-satunya sumber pemikiran kita. Destutt de Tracy mencari istilah yang cocok untuk menganalisis perasaan dan pikirannya, menolak istilah “metafisika” dan “psikologi”. Ia memilih “ideologi” karena tidak mengandung asumsi sebab akibat tertentu, sehingga jelas bagi semua orang (Rehmann, 2013).

Mengacu pada arti asli Yunani dari eidos, istilah “ide” secara khusus diasosiasikan dengan indera penglihatan, meskipun makna ini hilang ketika dipindahkan dari hal indrawi ke hal intelektual. Ide harus dipahami sebagai sinonim dengan persepsi. Berdasarkan prinsip gerak D’Holbach dan konsep agensi Spinoza, ilmu “ideologi” mengklaim telah mengatasi dualisme materialisme dan idealisme.

Destutt de Tracy menolak konsep Spinoza tentang “kehendak bebas”, menempatkan faktor-faktor penentu fisik dan sensorik sebagai pusat pikiran, perasaan, dan tindakan. Ideologi dianggap sebagai ilmu “positif” yang sesuai dengan gaya ilmu alam dan berguna secara praktis. Tracy berpendapat bahwa seseorang tidak bisa menjadi seorang ideolog tanpa terlebih dahulu menjadi fisikawan, dokter, atau ahli kimia.

Ideologi dianggap sebagai “ilmu super” yang menjadi dasar bagi semua ilmu lainnya. Ideologi yang menciptakan kesatuan pengetahuan menjadi dasar tata bahasa, logika, pendidikan, moralitas, pengaturan nafsu bahkan seni. Michel Foucault menganggap pendekatan Tracy sebagai akhir dari filsafat klasik, tepat sebelum era modernitas (Rehmann, 2013). Oleh karena itu, ideologi menjadi landasan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan erat kaitannya dengan persoalan politik elite dan demokrasi saat ini.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *