Peran Kiai dalam keberlangsungan pesantren

JurnalPost.com – Pondok Pesantren atau biasa disebut Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, bahkan sebelum nama Indonesia ada (sebelum Indonesia merdeka) dan mungkin merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam di Indonesia sebelum Indonesia mengadopsi sistem pendidikan barat di Indonesia. . bentuk pendidikan formal yang kami miliki seperti Raudlatul Athfal, Madrasah Tsanawiyah hingga universitas Islam.

Pondok pesantren di Indonesia mempunyai peranan yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan dengan peran santri dan kyai dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan pertahanannya. Hari santri nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober sebagai wujud rasa syukur dan pengakuan Republik Indonesia atas perjuangan santri mempertahankan kemandirian, dimana para santri tersebut berada di bawah naungan pesantren yang ada di Indonesia.

Berbicara mengenai pesantren tidak lepas dari peran kyai. Seperti diketahui, setidaknya ada 5 unsur yang menjadikan sebuah pesantren layak dan layak disebut sebagai pesantren. Unsur-unsur tersebut adalah kiai, santri, pesantren, pengajar kitab salaf dan masjid. Di antara lima unsur yang disebutkan di atas, kiai secara tidak langsung menjadi penopang utama berdirinya pesantren. mengapa demikian? Karena tanpa sosok kiai tidak akan ada santri, tanpa adanya santri tidak perlu adanya rumah kos dan tidak akan ada pengajaran kitab salaf yang diajarkan oleh seorang kiai dan biasa bertempat di mesjid, salat. aula atau surau.

Kiai adalah orang yang mengelola pesantren tersebut. Istilah kiai sendiri biasa digunakan di Pulau Jawa sebagai sebutan untuk seseorang yang menjabat sebagai pimpinan sebuah pondok pesantren. Banyak sekali panggilan yang mewakili kyai, diantaranya di Sumatera Barat kyai disebut buya, sedangkan di Lombok disebut Tuan Guru, dan banyak juga panggilan yang maknanya mengacu pada arti kyai.

Sebagaimana disebutkan di atas, kiai memelopori keberadaan atau keberlangsungan pondok pesantren. Tidak mungkin berdirinya pesantren tanpa adanya kiai. Oleh karena itu, ada beberapa pesantren yang tutup karena kiainya meninggal dunia dan tidak ada penerus yang menggantikannya. Lain halnya dengan meninggalnya kiai, masih ada penggantinya yaitu putranya, yang tidak menyebabkan ditutupnya pesantren, melainkan penurunan jumlah santri secara drastis. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran kyai. di pesantren tersebut.

Ada 2 hal yang kami yakini menjadi alasan mengapa keberlangsungan pesantren sangat dipengaruhi oleh sosok kyai. Pertama, kepribadian dan ketenaran kiai membuat masyarakat percaya untuk menitipkan putra-putranya di pesantren. Kedua, tidak jarang di pesantren menganut sistem monarki, seperti sistem yang ada di kerajaan-kerajaan, dimana pimpinan pesantren yaitu kiai mempunyai kekuasaan tertinggi. Dalam sistem monarki tidak ada lembaga eksekutif, legislatif atau yudikatif, namun semuanya ditentukan dan diputuskan langsung oleh raja yang menjadi kiai dalam pembahasan ini. Artinya yang membuat undang-undang dan melaksanakan undang-undang di pesantren itu sendiri adalah kiai, sehingga ketika terjadi pergantian pimpinan di pesantren, tidak menutup kemungkinan akan ada undang-undang atau peraturan baru yang mungkin berbeda atau berbeda. juga bertentangan dengan pemimpin sebelumnya. Hal inilah yang terkadang menyebabkan pondok pesantren mengalami kemunduran bahkan mungkin ditutup.

Di sini sebenarnya kita tidak terlalu mementingkan sistem monarki yang berlaku di pesantren, namun perlu adanya sistem yang terstruktur dengan membuat struktur kepengurusan yang mengatur setiap lini sesuai wilayahnya. Misalnya ada yang membidangi bidang perbendaharaan, bidang pendidikan, bidang pesantren, bidang pembangunan, dan sebagainya. Dengan terbentuknya pengurus tersebut maka setiap bidang yang ada di pondok pesantren akan ada yang mengurusnya tanpa harus langsung melibatkan kiai, meskipun nantinya kiai tetap berperan dalam mempertimbangkan kebijakan masing-masing pengurus.

Sistem ini dibangun dan diterapkan hingga melekat pada pesantren. Pada akhirnya siapa pun pengurusnya, jika sistem ini berjalan, Insya Allah keberlangsungan pondok pesantren akan tetap terjaga dan terus berkembang, tidak hanya mengandalkan satu orang saja.

Penulis: M.Jamil Ma’ruf B

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *